Doppelganger - 1 : tentangku & dia

cerita sebelumnya,..
aku bertemu dengan seorang anak yang mempunyai fisik yang amat mirip denganku. bahkan dengan letak gingsul yang sama! siapakah dia???






ini pasti mimpi, pikirku. bisa-bisanya aku punya 'kembaran tak sedarah' yang memiliki sikap bagai langit & bumi. berbeda jauh! kok bisa? aku juga tak tahu. lebih baik aku menggambar saja.
aku harus bergegas ke taman sebelum si Andre sempat melihatku & menggerecoki aku lagi. aku mengeluarkan notes kecil yang berisi gambar-gambar buatanku. aku senang sekali dulu ketika ayah menemaniku menggambar. ia yang memberikan masukan ke gambarku agar dapat maju menjadi lebih baik. hingga akhirnya,....

Ayahku,...

menjadi korban tabrakan beruntun.

sejak itu aku menjadi seperti ini. setiap aku merasa senang atau bahagia, aku selalu ingat ayahku. ayahku yang baik. ayahku yang selalu menemaniku saat ibu memasak pesanan tetangga.
sejak ayahku meninggal, ibu menjadi sibuk. pergi pagi, pulang larut malam. bahkan sering kali juga tak pulang-pulang karena adanya jadwal kesibukan yang waktunya sempit.

sejak itu pula aku jadi penyendiri. saat aku naik kelas 4, aku mencoba untuk menjadi anak yang nakal, semata-mata agar ibu datang atau pulang lebih cepat. bahkan mencoba agar orang tuaku dipanggil karena tak menaati peraturan sekolah.tetapi ibu tetap hanya bilang

"Farhan, jangan nakal. maaf, ibu sedang sibuk. tolong diwakilkan buk Ning, ya."

"woow~! aku tak tahu, lho kalau kamu jago gambar manga (kartun jepang)! bagus banget!" seru anak itu disampingku.

"ANDRE?!" seruku kaget. selama ini tak ada yang tertarik melihat gambarku, kecuali keluargaku. pertama kalinya, aku dipuji oleh teman. ia segera duduk di sampingku & bersiap-siap 'mendongeng' lagi kepadaku.

"aku mah' ga bisa gambar, tapi aku suka menulis. aku punya catatan di hapeku berisi cerita buatanku. tapi kayaknya, enak juga kalau bisa dicatet di buku. bisa dibawa dimacam-macam keadaan, & gampang ditulis!" ucapnya seraya mengeluarkan hp jadul yang seberat batu di taman.

"sayangnya, tulisanku kaya tulisan dokter. terbelit-belit kayak benang kusut!" sambungnya sambil tergelak.

"hp yang berkeypad seperti itu, sebaiknya jangan dipakai untuk menulis cerita!" semburku langsung agar dia pergi. hp miliknya itu dulu dipakai oleh almarhum aya-

Lupakan saja.

"iya sih, tapi aku selalu ingat kata-kata papaku."

"kamu dekat dengan ayahmu?" tanyaku mengangkat sebelah alis.

"ya. aku hidup berempat di rumah. ada aku, papa, mama, & adikku, Rizky Zidan." jelasnya.

"papaku selalu bersikeras kalau anak-anak adalah kunci kesuksesan. semua bakat anak-anak, harus di perkembangkan, walau hanya dengan alat seadanya. karena biaya sekolahku juga, papa bekerja dari sore hingga malam, sementara mama bekerja di pasar, kerena papa bilang, bekerja jadi buruh saja tak cukup untuk biaya kehidupan untuk sebulan."

Oh ya ampun,..

"oi, oi, dari tadi aku cerita tentang keluargaku mulu. ceritakan keluargamu, dong!" pintanya meninju lenganku main-main. Ceritakan keluargaku???

"aku tinggal berempat. aku, kakakku, Bu Ning, Pak Udin." jawabku singkat.

"orang tuamu kemana? mereka pasti sibuknya, pekerjaannya??" tanyanya. seketika, lidahku kelu. lidahku seperti benang kusut.

"ibuku sibuk sekali di luar negeri." jawabku seadanya.

"waah~! ibumu keren sekali! walau wanita, dapat bekerja keras di luar negeri! ayahmu, pasti lebih keren, dong!"pujinya. tanpa beban. aku masih terdiam. lidahku seperti benang jahit milik ibu dulu. tergulung rapi.

"a-ayah-ayahku,...." kurasakan aku mulai terbayang ngeri. adegan itu terulang lagi di kepalaku. adegan kematian ayahku. kebisingan. darah yang mengucur. lampu ambulan, polisi, & segala bunyi-bunyian & cahaya yang membuat pusing.

"oh," ucapnya, seakan dapat membaca isi kepalaku.

"aku mengerti." ucapnya dengan wajah sedih. aku hanya dapat merunduk. aku hanya mendesah napas.

"itu sebabnya aku jadi penyendiri. setiap aku merasa senang, aku langsung teringat ayahku. aku selalu dirundung kesedihan."

"oh iya, kamu bisa buat komik tidak?" tanyanya langsung bangkit. komik? aku tak pernah memikirkannya, tuh.

"kamu bisa lho, buat komik!" serunya menunjuk mading yang menempelkan kertas pendaftaran ekskul komik. komik yang terpilih dapat masuk ke majalah sekolah, Stupa Magz.

"hei, aku bilang, aku hanya bisa menggambar, tak lebih!" tolakku. Andre malah terlihat tertantang.

"begini saja, kau masuk ke sana, & membuat komik, sementara, alur cerita komikmu nanti, aku yang buat, setuju?" tantangnya. aku menaikan bibir & menyatukan alisku.

"aku janji, aku akan membuatmu merasa bahagia lagi," ucapnya sambil cengar-cengir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu 'Hitorinbo Envy' - Hatsune Miku