Doppelganger : 5 - Perkenalan Ulang

Wah, udah lama ya cerita ini enggak ku update. Sebenernya ini cerita lama, Udah pengen ku apus-apusin karena cuman bikin 'nyampah' di blog sendiri.

But,

Karena permintaan seseorang, dia minta cerita ini di lanjut lagi.

So,...

Ya.

Cerita ini akan lanjut lagi.

Bagi yang belum baca episode sebelumnya, bisa diklik disini.





Jam Istirahat,....

Aku masih berjalan lunglai keluar kelas sambil membawa --as you know-- pensil dan buku gambar. Kakiku melangkah kearah taman belakang sekolah. Di taman belakang ini ada tempat duduk memanjang tanpa senderan. Aku memilih kursi dibelakang pohon--entah bernama apa-- agar bisa bersandar dibatang pohonnya.

Saat sedang banyak pikiran seperti ini, aku bisa menggambar yang rumit-rumit. Naga, Harimau, Chimera, bahkan Leviathan. Tapi kali ini, Tanganku seperti tak seirama dengan otakku. Jemariku menggoreskan wajah seseorang. Rambut pendek setengkuk. Wajah dengan senyum bandel. Poni yang acak-acakan.

"Itu Si Ray, ya?" kata seseorang dibelakangku. Seketika aku menoleh. Nadia. Dengan rambut dikuncir

"Aku Nadine. Nadia lebih suka menggeraikan rambutnya." Jelas Nadia-- maaf, Nadine. Dia mulai tersenyum nakal

"Itu Si Ray, ya??" tanya Nadine lagi dengan tampang menyebalkan. Aku langsung menutup buku sketsaku.

"Mau apa kau kemari?" tanyaku ketus. Aku sedang tak ingin diganggu.

"Mau apa aku kemari? harusnya aku yang berkata mau apa kau kemari?" tanyanya dengan nada heran. Tangannya menunjuk-nunjuk kotak bekalnya. Tck, kelompok mereka benar-benar bukan orang yang mudah dibuat kesal.

"Apa madsudmu?" tanyaku. Sebelum Nadine sempat menjawab, Phil datang sambil merangkul Nathan.

"Hai Nad! dan hai And--ups, sorry Farhan. My bad," kata Nathan sambil membetulkan posisi kacamatanya.

"Kau lupa bawa bekal lagi ya, Phil?" Tanya Nadine. Phil cengengesan.

"Eh, tapi aku enggak sendiri ya! Si Atan juga enggak bawa!" protes Phil sambil menunjuk-nunjuk kepala Nathan.

"Ya, ya, ya, diamlah, gondrong! Karena aku kelupaan bawa bekal, jadi kita sudah siapkan roti manis 2!" kata Nathan dengan penekanan suara pada kata  kita.

"Ko' cuman 2? kalian berdua kan enggak bawa!" protes Nadine. Phil dan Nathan hanya cengengesan.

"Oh iya, sebenarnya, kita sudah pilih tempat ini untuk pertemuan PM2 kita. Makanya aku tanya kamu kenapa bisa kemari," jelas Nadine sambil duduk disampingku tanpa minta izin dulu.

"PM2?" tanyaku.

"Iya, Pertemuan Meja Makan. Kalau kursi ini dijadikan meja dan kita duduk di lantai,..." kata Nadine sambil meletakkan kotak bekalnya di kursi dan duduk di lantai.
"Maka jadilah meja makan!" katanya.

"Lalu aturannya mainnya mudah saja. Kau tak bawa bekal, berarti kalau harus membeli makanan untuk bekalmu sejumlah 2 buah. Jadi kalau ada yang masih lapar, bisa ambil makanan yang dibeli oleh dia yang tak bawa bekal." Kata Phil.

"Maaf kita terlambat!" Seru Ray sambil menarik-narik lengan Andre dari kejauhan.

"Wah Pak Hisyam parah deh! Masa' sebagai hukuman aku menjahilinya, aku disuruh bawa arsip-arsip sekolah ke ruang guru! Mana banyak lagi! parah deh,..." keluh Ray sambil ngos-ngosan.

"Lebih parahnya lagi, aku yang suci tak berdosa ini ikut-ikutan disuruh! Haduuuh,...." Kata Andre sambil meletakkan kotak bekalnya dan bekal Ray diatas 'meja makan'.

"Udah kan? udah ngumpul semua? Ayo ambil posisi!" Kata Ray dengan isyarat menyuruhku ikut duduk di lantai. Aku menurut saja dan ikut duduk disamping Phil.

'hup!' dengan satu kali loncatan, dia naik ke dahan terendah dan duduk disana dengan nyaman.

"Nah, sebagai pendiri dan founder  dari PM2, mari membaca doa menurut agama dan anutan masing-masing,.... berdoa, mulai." kata Ray sambil mengatupkan kedua tangan. Refleks, aku mengikuti gerakannya.

"Selesai," Kata Ray.

"Yak! Mari makan!!!" kata Nathan dan mengambil roti yang dibelinya bersama Phil.

"Kok Cuman 2?" tanya Ray. Sekali lagi, mereka cengengesan.

"Raya enggak turun?" tanyaku. Dia menggeleng.

"Meja makan cuman bisa muat 6 orang, 3 orang tiap 1 sisi. Jadi biar muat, aku diatas saja." Kata Ray sambil mengambil bekalnya yang diulurkan oleh Nadine. Aku baru sadar, karena keberadaanku, Raya harus makan diatas pohon. Aku jadi merasa bersalah.

"Ah, sebaiknya aku perg--"

"Oh iya, Farhan enggak bawa bekal kan? Nih, kukasih Sate padang punyaku," Kata Raya sambil mengulurkan kotak bekalnya yang terbuka kearahku.

"Eh?" tanyaku dengan nada bodoh.

"Wah parah nih, yang nawarin Farhan makan Ray doang. Nih, maaf ya, Farhan makan pake tutup bekalku aja. Biar gampang," Kata Nadine sambil menawarkan tutup bekalnya bekas nasi dan telur mata sapi.

"Eh, makannya biar tambah mantep, nih, aku bagi lontong mamaku. Mantep tenan dah!" Kata Andre yang membawa bekal opor ayam.

"Sori, kita enggak bisa kasih kamu apa-apa, Far." kata Phil sambil menyatukan kedua telepak tangan. Nathan mengangguk-angguk.

"Enggak papa Phil. aku bisa kok tusuk lontongnya pakai tusuk sate ini nanti." kataku. Aku jadi makin merasa bersalah.

"Eh, Farhan. Besok-besok, kamu ikutan kita PM2 ya!" kata Andre dengan nada bersemangat.

"Hah? Bukannya ini untuk kalian-kalian aja?" tanyaku dengan nada idiot. Sial, berhentilah berbicara dengan nada bodoh, Farhan!

"Enggak kok. Kita cuman buat acara makan-makan biasa. Biar nanti kalau ada yang lebih bawa makanannya, bisa kita mintain, kayak gini," kata Nathan sambil menunjuk-nunjuk opor ayam milik Andre dengan isyarat meminta.

"dasar rakus," kata Andre sambil memberikan potongan kecil makanan yang dia bawa.

Hm,...

mungkin, aku harus mengenal mereka lebih jauh lagi



Lanjut? or Stop? Terserah kalian. But hope you like it, 'untuk-orang-yang-memintaku-melanjuti-cerita-ini'

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu 'Hitorinbo Envy' - Hatsune Miku