Doppelganger : 8 - Lah?
Untuk cerita sebelumnya, klik tulisan berwarna ini.
Sesudah acara melihat anak-kembar-yang-berkelahi-oleh-alasan-yang-kurang-jelas, akhirnya Aku dan Andre bisa mendekati para anggota peserta demos ekskul. Oh, tambah Rusdi dan Sarah.
"Yo, RayBro! BroPhil! BroNath!" sapa Sarah dengan hebohnya. Ray nampak masih kelelahan, sehingga hanya membalas sapaannya dengan mengangkat alisnya saja. Phil sibuk mengipasi badannya dan hanya melambaikan tangannya. Nath--yang baterai tubuhnya tak pernah habis-habis-- sibuk mengoceh, dan menanggapi sapaan Sarah dengan bertanya sombong.
"Siapa ya? Enggak kenal. Perasaan acara temu fans Nathanael masih ada sekitar 3 hari lagi,"
"Dasar, padahal aku sudah setuju ingin menjadikan kau bahan wawancara artikelku," kata Sarah sambil meleletkan lidah.
"Eeeh,... Ayo ayo sini, Sar! Cup cup cup,... jangan baper,... Akhirnya aku jadi bahan wawancara juga,..." kata Nath. Sarah mengangkat sebelah alis.
"eh, sori ya. Mending aku wawancara Phillip saja! Buat apa wawancara orang sombong?" Kata Sarah dengan gaya pongah.
"Dei dei, disini sudah panas benar. Janganlah kau buat tambah panas lagi!" Kata seorang anak yang botak dengan nada batak. Sarah cengengesan. Rusdi malah sudah pergi mendekati pelatih-pelatih ekskul masing-masing.
"Eh, Kak Bagas! Kakak-!" Panggil Andre sambil menarik lenganku mendekati salah satu orang diantara banyaknya orang disana. Dia menarikku mendekati seorang pria muda dengan jaket rompi Staksar Magz. Dia mempunyai janggut tipis di dagunya hingga leher. Rambutnya acak-acakan. Umurnya mungkin sebaya dengan kak Regi, pikirku.
"Hei Ndre! Ceritamu sudah siap? Aku sudah menunggu lanjutannya. Semua orang menunggu lanjutannya. Ceritamu keren sekali, " puji kakak ini.
"Oh, itu tenang saja, tak ada satupun orang di Staksr Magz yang lebih tepat deadline dibanding aku. Kak, aku bawa calon anggota majalah kita yang baru. Namanya Farhan. Dia bukan kembaranku atau siapa-siapanya aku, jadi jangan sebut dia kakak atau adikku. Satu-satunya kakak beradik yang kembar disini hanya Rusdi dan Sarah.
Farhan jago gambar lho kak. Dia bisa jadi ilustrator di redaksi kita kak. Kaka tak usah ragukan kualitas gambarnya, gambarnya bagus banget! Aku sudah lihat beberapa. Dia bisa gambar macam-macam, mulai dari si Ray anak singa kelasku, hingga,... Apa tadi nama naga tadi? Levitan? Entahlah, pokoknya itu. Menurutku, dia bisa jadi ilustrator dongeng buatanku. Kan tokoh ceritaku ada naga, peri, elf, dan semacamnya. Dia pasti bisa kak, boleh ya?" Kata Andre dengan ceriwisnya. Anehnya, orang yang dipanggil Kak Bagas oleh Andre ini justru amat memerhatikannya dengan seksama. Dia terlihat amat tertarik dengan cerita Andre. Sejauh ini, baru kakak ini yang mendengarkan ucapan Andre hingga selesai, sisanya sudah menutup telinga karena tidk tahan dengan kecerewetannya.
"Hm,... Memangnya dia mau? Atau dia mau masuk ke bagian Komikus saja, yang buat cerita kamu, tapi yang gambar dia. Tapi, Farhan bener mau masuk Staksar Magz?" Tanya Kak Bagas berubah jadi serius. Aku mengambil napas, lalu melirik Andre sebentar. Dia tersenyum simpul dengan wajah menyakinkan. Aku menghela napas.
"Iya kak. Tapi sepertinya aku jadi coba ilustrator saja dulu, kalau komikus biasanya lebih dikejar deadline dibanding ilustrator." Jawabku. Kak Bagas menatapku lamat-lamat.
"Habis jam pulang, kamu ke ruang Staksar Magz. Bawa juga peralatan gambarmu. Andre, kamu antar dia nanti. Aku ingin tes dia sebentar, " kata Kak bagas dengan ringan. Lalu beberapa detik kemudian, dia dipanggil oleh pak guru dan pergi meninggalkan kami.
"Hei, kenapa kau langsung berbicara seperti itu pada Kakak itu?" Tanyaku. Andre malah cengengesan. Seakan tak mendengarkanku, dia menarik lenganku lagi untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
"Ayo, kita harus seger beritahu Rusdi dan Sarah!" Katanya. Hei, hei,.... Sebenarnya siapa yang harusnya senang disini??
Sesudah acara melihat anak-kembar-yang-berkelahi-oleh-alasan-yang-kurang-jelas, akhirnya Aku dan Andre bisa mendekati para anggota peserta demos ekskul. Oh, tambah Rusdi dan Sarah.
"Yo, RayBro! BroPhil! BroNath!" sapa Sarah dengan hebohnya. Ray nampak masih kelelahan, sehingga hanya membalas sapaannya dengan mengangkat alisnya saja. Phil sibuk mengipasi badannya dan hanya melambaikan tangannya. Nath--yang baterai tubuhnya tak pernah habis-habis-- sibuk mengoceh, dan menanggapi sapaan Sarah dengan bertanya sombong.
"Siapa ya? Enggak kenal. Perasaan acara temu fans Nathanael masih ada sekitar 3 hari lagi,"
"Dasar, padahal aku sudah setuju ingin menjadikan kau bahan wawancara artikelku," kata Sarah sambil meleletkan lidah.
"Eeeh,... Ayo ayo sini, Sar! Cup cup cup,... jangan baper,... Akhirnya aku jadi bahan wawancara juga,..." kata Nath. Sarah mengangkat sebelah alis.
"eh, sori ya. Mending aku wawancara Phillip saja! Buat apa wawancara orang sombong?" Kata Sarah dengan gaya pongah.
"Dei dei, disini sudah panas benar. Janganlah kau buat tambah panas lagi!" Kata seorang anak yang botak dengan nada batak. Sarah cengengesan. Rusdi malah sudah pergi mendekati pelatih-pelatih ekskul masing-masing.
"Eh, Kak Bagas! Kakak-!" Panggil Andre sambil menarik lenganku mendekati salah satu orang diantara banyaknya orang disana. Dia menarikku mendekati seorang pria muda dengan jaket rompi Staksar Magz. Dia mempunyai janggut tipis di dagunya hingga leher. Rambutnya acak-acakan. Umurnya mungkin sebaya dengan kak Regi, pikirku.
"Hei Ndre! Ceritamu sudah siap? Aku sudah menunggu lanjutannya. Semua orang menunggu lanjutannya. Ceritamu keren sekali, " puji kakak ini.
"Oh, itu tenang saja, tak ada satupun orang di Staksr Magz yang lebih tepat deadline dibanding aku. Kak, aku bawa calon anggota majalah kita yang baru. Namanya Farhan. Dia bukan kembaranku atau siapa-siapanya aku, jadi jangan sebut dia kakak atau adikku. Satu-satunya kakak beradik yang kembar disini hanya Rusdi dan Sarah.
Farhan jago gambar lho kak. Dia bisa jadi ilustrator di redaksi kita kak. Kaka tak usah ragukan kualitas gambarnya, gambarnya bagus banget! Aku sudah lihat beberapa. Dia bisa gambar macam-macam, mulai dari si Ray anak singa kelasku, hingga,... Apa tadi nama naga tadi? Levitan? Entahlah, pokoknya itu. Menurutku, dia bisa jadi ilustrator dongeng buatanku. Kan tokoh ceritaku ada naga, peri, elf, dan semacamnya. Dia pasti bisa kak, boleh ya?" Kata Andre dengan ceriwisnya. Anehnya, orang yang dipanggil Kak Bagas oleh Andre ini justru amat memerhatikannya dengan seksama. Dia terlihat amat tertarik dengan cerita Andre. Sejauh ini, baru kakak ini yang mendengarkan ucapan Andre hingga selesai, sisanya sudah menutup telinga karena tidk tahan dengan kecerewetannya.
"Hm,... Memangnya dia mau? Atau dia mau masuk ke bagian Komikus saja, yang buat cerita kamu, tapi yang gambar dia. Tapi, Farhan bener mau masuk Staksar Magz?" Tanya Kak Bagas berubah jadi serius. Aku mengambil napas, lalu melirik Andre sebentar. Dia tersenyum simpul dengan wajah menyakinkan. Aku menghela napas.
"Iya kak. Tapi sepertinya aku jadi coba ilustrator saja dulu, kalau komikus biasanya lebih dikejar deadline dibanding ilustrator." Jawabku. Kak Bagas menatapku lamat-lamat.
"Habis jam pulang, kamu ke ruang Staksar Magz. Bawa juga peralatan gambarmu. Andre, kamu antar dia nanti. Aku ingin tes dia sebentar, " kata Kak bagas dengan ringan. Lalu beberapa detik kemudian, dia dipanggil oleh pak guru dan pergi meninggalkan kami.
"Hei, kenapa kau langsung berbicara seperti itu pada Kakak itu?" Tanyaku. Andre malah cengengesan. Seakan tak mendengarkanku, dia menarik lenganku lagi untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
"Ayo, kita harus seger beritahu Rusdi dan Sarah!" Katanya. Hei, hei,.... Sebenarnya siapa yang harusnya senang disini??
Komentar
Posting Komentar